Kereta tak berkuda tapi bukan becak

Setahun lebih kini aku menjalani kembali rutinitas sebagai wanita pekerja. Cenderung tak ada yang berubah karena aku masih bekerja ditempat yang sama, bedanya kini aku harus meninggalkan kesayangan kecilku disaat-saat jam kerja yakni sejak matahari belum terbit sampai tenggelam di senja nanti, itu yang terkadang membuatku merasa bersalah. Terlebih beberapa waktu kebelakang ada yang menilai bahwa dengan berkarirnya aku merupakan keegoisanku semata, mengorbankan anak dan membebani orang tua dalam mengasuh si kecilku. Aku iyakan saja deh, nerimo dan senyumin saja. Tak pantas juga kan aku cari TOA mesjid dan koar-koar mengkalirifikasi macam selebritis yang lagi populer? Ah yasutralah...

Back to my judul about kereta tak berkuda, jadi setiap harinya aku pulang kerja pakai KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line. Pagi dan Sore hari berjubel mengantri di peron stasiun, pada saat-saat itu kursi KRL seolah harta karun berharga yang patut diperebutkan. Karena saking berharganya banyak kejadian sikut menyikut sampai terjatuh atau terinjak hanya demi mendapatkan tempat duduk. Sayangnya aku bukan tipe orang yang pinter berebut kursi, walhasil tiap hari pagi sore berdiri lagi... berdiri lagi, kecuali kalau beruntung banget ada bapak-bapak yang mengalah mempersilahkan duduk, kejadian itu pun teramat sangat jarang terjadi, seringnya para lelakipun pura-pura terlelap agar bisa mempertahankan kursi yang diduduki sampai akhir tujuan. Yaaaah namapun dunia, tempat bersandiwara bukan penuh dengan kepura-puraan jadi tak kaget lagi.

Banyak hal terjadi berawal dari KRL, teman baru (tapi sepertinya jarang sih karena saat masuk gerbong tak ada yang menyapa satu sama lain pasti fokus sama hp masing-masing), musuh baru karena berebut mencari posisi nyaman, bahkan perselingkuhan. Biasanya perselingkuhan terjadi karena pertemuan yang hampir tiap hari dengan orang yang sama pada jam sama dan di gerbong yang sama. Namun semua balik lagi ke diri masing-masing, niat bekerja untuk apa? Aku pernah suatu hari sepulang kantor, seperti biasa peron penuh dengan antrian penumpang yang menunggu kereta. Saat kereta datang berebut demi bisa terangkut dan aku melongo ke pintu kereta yang terlihat padat dan tak mungkin kebagian pijakan kaki, lalu tiba-tiba uluran tangan papah-papah muda yang lumayan kece menjulur dihadapan mukaku "ayo mba, bisa kok" menyuruhku meraih tangannya agar bisa ikut dalam pemberangakatan itu, so sweet rasanya seperti adegan-adegan sinetron, karena mukanya agak oke saja sebenenrnya haha... terus... aku terima?? ya pasti nggak lah, sudah bejibun begitu bisa kejepit pintu nanti jadinya. Aku hanya bilang terima kasih dan bilang akan menunggu kereta berikut saja, melengos deh akunya gak tega melihat ekspresi penolakan :D
 
Sebagai perempuan aku penganut paham yang menyatakan bahwa kaum istri itu harus di rumah. Mendidik anak, mengurus rumah tangga dan menyiapkan keperluan keluarga.Namun ternyata kehendak Allah berkata lain, ya jalani saja karena pasti ada ujungnya. Dulupun dari aku yang mulai  bekerja, kemudian vaccum bekerja dan kini kembali bekerja, semua ada masanya. Akan kutunggu hari di mana aku kembali berjibaku hanya  dengan rutinitas menyapu dan mengepel lantai sehari dua kali, menanam bunga kesukaan serta menghidangkan masakan atau kue-kue istimewa, lalu kembali menjadi guru privat untuk anakku. Akan kutunggu... masa itu pasti kembali...







Perasaan geje banget deh ini postingan, tapi demi mengaktifkan kembali blog yang lama berdebu. Di suruh blogspotnya sih hihi..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"sunyi Q"

Working mom vs full time mom….

bukaaaan...!!!