Working mom vs full time mom….


Bagiku itu bukan suatu hal yang harus diperdebatkan. Semua tergantung kondisi. Aku pernah menjadi working mom yg bawa-bawa anak ke tempat kerja, aku juga pernah memutuskan berhenti agar menjadi full time mom saja supaya bisa fokus merawat anak dan rumah tangga. Dan akhirnya pada saat ini aku kembali menjadi working mom tanpa membawa anak. Semua itu bukan keputusan yng mudah. Namun aku bersyukur, setidaknya aku pernah merasakan semua posisi yang mereka perdebatkan. Rata-rata merasa dirinya benar. Yang working mom mengklaim diri bahwa mereka membantu perekenomian keluarga, yang full time mom ngotot mereka yang paling mulia mendidik dan mengurus keluarga. Dua-duanya benar, hanya pandai-pandailah melihat sisi yang tidak terlihat oleh mata kita. Tak mesti kita menjudge satu sama lain lebih buruk atau lebih baik. Kita tidak tahu alasan dari masing-masing individu memutuskan untuk menjadi working mom atau full time mom. There’s always a reason  dan kita tidak perlu tahu alasan mereka kan? 
Seperti misal ada benarnya bahwa menitipkan anak terhadap orang tua saat seorang ibu menjadi working mom adalah suatu bentuk kekurangajaran terhadap orang yang telah membesarkan kita. Secara simple iya aku setuju dengan pendapat itu, tapi bila aku berandai-andai tentang alasan-alasan mereka menitipkan buah hatinya kepada orang tuanya aku rasa sedikit mematahkan statement seperti itu. 
Misal saja ada orang tua yang dengan ikhlas hati dan mampu sekali untuk mengasuh cucu-cucu mereka di banding harus melihat cucu-cucunya di penitipan anak, meskipun memang secara etika kok agak tega membebani mereka seperti itu, namun kasih sayang..cinta tulus selalu menjadi penggugur alasan beban berat, iya kan? Mungkin saja yang kita anggap beban berat malah menjadi kebahagiaan pengganti sepi di dunia nenek kakek yang telah lama kehilangan ceria anak-anak lucu mereka yang kini menjelma menjadi manusia dewasa. 
Atau mungkin ada lagi contoh kasus yang lebih percaya pengasuhan oleh nenek kakeknya di banding baby sitter,karena kasus obat tidur lah, kekerasan lah, ada juga yang seperti itu. Lain lagi mungkin alasannya malah untuk membantu perekonomian orang tua  dia memutuskan menjadi working mom dengan catatan anak-anaknya di bawah pengasuhan orang tuanya (nenek kakek), mirip simbiosis mutualisme lah secara kasarnya. Banyak alasan positif sebenarnya bila kita tidak melulu melihat orang dengan kacamata negatif. 
Aku tidak pro atau kontra pada sisi manapun karena aku sudah lama menjalani dua sisi ini. Yang aku pahami sekarang adalah wanita adalah wanita, yang kodratnya sebagai ibu. Mau dia menjadi working mom atau full time mom anak akan menjadi prioritas utama. Semoga akan banyak mommy-mommy yang mengerti dan tidak saling mengklaim bahwa sisi ini atau sisi itu yang lebih hebat. Lebih baik kita saling menghargai keputusan masing-masing karena dari dua pilihan itu akan selalu ada bentuk pengorbanan. Akan ada alasan positifnya, semua ada benar dan ada salahnya, . Depend’s on the reason….


PS. 
Love you Najmi, you are my priority at any condition…. I promise…

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukber yang keseringan di bulan Ramadhan?

Surat cinta yang ke-2

B'coz I am Me...